Sudah seminggu lalu di kantor dewan Guru menumpuk beberapa gundukan kertas bekas yang sudah tidak dipakai lagi. Mau diloak-in takut ada hal-hal penting yang tak boleh diketahui orang lain. saya fikir daripada dibakar atau sampai ditangan tukang loak lebih baik saya bawa untuk santri-santri saya yang sedang mempersiapkan karya seni di pameran sekolah dalam rangka penerimaan siswa baru nanti.
Segundukan kertas bekas dan Koran saya bawa ke kelas praktek. Tidak lupa membawa setengah kilogram tepung sagu untuk membuat lem kertas. Ya, memang benar saya dan santri saya akan membuat bubur kertas sebagai bahan dasar membuat lukisan dan bentuk-bentuk yang lainnya.
Syukurnya semua santri sangat antusias membuat bubur kertas kali ini secara mereka harus punya karya masing-masing saat pameran sekolah. Jadi semua santri bekerja dan berbagi tugas tanpa saya memintanya. Jadi tahap pembuatannya seperti ini J
Pertama. Kertas Koran atau kertas lainnya dipisah dari kertas-kertas brosur. Kertas brosur digunting bentuk geometris untuk dibuat segala bentuk origami. Sementara kertas Koran dipotong kecil-kecil lalu direndam dalam air.
Kedua. Potongan kertas yang sudah direndam tadi dihancurkan dengan tangan ke ukuran yang lebih kecil. Sengaja saya tidak menggunakan blender untuk menghaluskannya biar karya ini bener-bener hemat energy J
Ketiga. Setelah potongan kertas benar-benar menjadi bubur, saringlah kertas tersebut. Lalu tempatkan pada wadah yang lainnya.
Keempat. Membuat lem kertas dari tepung sagu. Menanaknya dengan air hingga bentuknya kental dan berwarna putih.
Kelima. Campur bubur kertas dengan lem sagu dengan perbandingan 1:1, guna mendapatkan adonan yang seimbang. Jika kertas terlalu banyak maka adonan tidak tahan lama dan mudah retak. Jika lem sagu terlalu banyak, adonan tidak bisa dibentuk.
Keenam. Mulailah berkreasi dengan adonan tersebut. Bisa dibuat lukisan atau bermacam bentuk-bentuk kerang, asbak ataupun pot bunga. *gampang kan!!!!
Pemanfaatan Sampah an-organik juga bisa diolah menjadi barang-barang yang menarik seperti tas, pot bunga dll. Hal seperti ini sudah banyak dilakukan dimana-mana. Kali ini saya hanya mengajari santri saya agar bisa lebih peduli pada lingkungannya. Tidak menjadi orang yang mubazir sekaligus mengajarkan mereka untuk menggali ide kreatifitas.
Walaupun karya mereka belum begitu rapi tapi setidaknya mereka sudah mengerti maksud kegiatan ini. Alhamdulillah ternyata ada hasilnya. Tong sampah untuk sampah an-organik nyaris kosong karena sudah mengambil posisi di ruang praktek dan sudah dua hari ini saya melihat ada ember besar yang berisi potongan-potongan kertas yang sudah diairi di sana.
Kertas –kertas yang di ember mau dibuat apa???
Mau buat maket sekolah kita khalati,...baru jadi kerangka dalamnya.
Wah,...jawaban Aldi salah seorang santri saya yang terkenal berakhlaq ajaib alias agak nakal ini membuat saya kaget. Ternyata santri saya yang dikenal nakal ini punya ide yang ajaib asalkan kita pinter-pinter memolesnya saja *emang pipi dipoles bedak
Komentar
Posting Komentar